BACAAJA, BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, lagi-lagi bikin gebrakan yang bikin heboh dunia birokrasi. Nggak main-main, Dedi resmi memecat 20 ASN yang ketahuan malas dan nggak disiplin. Langkah ini diambil buat bersihin sistem dari pegawai yang dianggap cuma numpang nama tanpa kontribusi nyata.
Mulai 1 November 2025, Dedi juga bakal ngumumin secara terbuka di media sosial nama-nama ASN dengan kehadiran rendah dan kinerja jeblok. Katanya, biar semua orang tahu siapa yang bener-bener kerja dan siapa yang cuma datang buat absen.
“Kita nggak mau lagi ASN yang cuma nongkrong di kantor tapi nggak ngasih hasil. Rakyat butuh pelayanan cepat dan nyata,” tegas Dedi.
Langkah ini jadi bagian dari upaya Dedi memperkuat reformasi birokrasi di Jawa Barat. Menurutnya, kalau pengen pelayanan publik bagus, ya mulai dulu dari mental pegawainya.
Dedi bilang, selama ini masih banyak ASN yang sering absen tanpa alasan jelas, atau bahkan ogah-ogahan ngerjain tugas. “Kalau kerja di pemerintahan tapi niatnya setengah hati, ya silakan cari tempat lain. ASN itu pelayan rakyat, bukan penguasa meja,” katanya tegas.
Selain pemecatan, Dedi juga ngasih peringatan keras buat ASN yang performanya masih di bawah standar. Ia menggandeng Badan Kepegawaian Daerah (BKD) buat evaluasi total mulai dari absensi, produktivitas, sampai kinerja lapangan.
“Yang sering bolos atau nggak perform, nanti datanya bakal muncul di media sosial Pemprov. Jadi, biar publik tahu siapa yang bener-bener kerja buat mereka,” tambah Dedi.
Langkah ini, kata Dedi, bukan buat mempermalukan, tapi buat dorong transparansi dan tanggung jawab. Menurutnya, ASN harus siap dinilai, bukan cuma sama atasan, tapi juga sama masyarakat yang dilayani.
Kebijakan ini juga punya dasar hukum kuat, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Aturannya jelas, dari sanksi ringan, sedang, sampai berat—termasuk pemecatan buat yang melanggar serius.
“Kalau nggak tegas, reformasi birokrasi cuma jadi slogan. Kita pengen ASN Jawa Barat jadi contoh buat daerah lain,” ujar Dedi.
Nggak sedikit yang bilang langkah Dedi ini berani, bahkan agak ekstrem. Tapi di sisi lain, banyak juga yang mendukung, karena publik udah lama capek sama cerita pegawai negeri yang kerjanya malas tapi gajinya lancar.
“Kalau ASN bisa rajin kayak pegawai swasta, pelayanan publik pasti jauh lebih bagus,” kata Dedi lagi.
Dedi juga memastikan pemecatan ini udah melalui proses panjang dan sesuai aturan. Nggak ada yang dilakukan asal-asalan, semua lewat tahap pembinaan dulu sebelum keputusan akhir dijatuhkan.
“Yang udah dipecat itu bukan sekali dua kali ditegur. Udah dikasih kesempatan, tapi tetap bandel. Jadi ya sudah, daripada jadi beban,” jelasnya.
Langkah ini sekaligus jadi sinyal kuat buat ASN lain supaya lebih hati-hati. Nggak ada lagi istilah ‘kerja santai tapi gaji jalan’. Dedi pengin budaya kerja di pemerintahan berubah total.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga bakal rutin ngasih update kinerja ASN lewat media sosial. Jadi masyarakat bisa lihat langsung siapa yang layak diapresiasi dan siapa yang perlu dibina.
“Sekarang eranya terbuka. Kalau mau jadi ASN, ya harus siap disorot publik,” ujar Dedi dengan nada santai tapi tegas.
Banyak warga Jawa Barat justru ngasih jempol buat langkah ini. Menurut mereka, cara seperti ini bikin ASN lebih semangat dan sadar kalau kerja mereka bener-bener diawasi rakyat.
Di akhir pernyataannya, Dedi bilang kalau dirinya nggak anti kritik. Tapi selama tujuannya buat kebaikan publik, dia bakal jalan terus. “Kita nggak cari sensasi, kita cari solusi,” pungkasnya.
Langkah ini sekaligus ngasih pesan keras: di era Dedi Mulyadi, ASN malas siap-siap disorot dan disikat. (*)