BACAAJA, JAKARTA- Siapa bilang mimpi jadi pemain bola internasional cuma buat yang punya privilege? Delapan bocah asal Jawa Tengah ini baru aja buktiin kalau tekad dan kerja keras bisa ngebuka jalan sampai ke Eropa.
Mereka bukan anak orang kaya, bukan pula jebolan akademi top luar negeri. Ada yang orang tuanya jualan kerupuk, ada yang kerja di terminal, bahkan ada yang dibesarkan single parent. Tapi berkat program beasiswa Korea-Korea Selecao (KKS), sekarang mereka siap terbang ke Portugal buat latihan, sekolah, dan tanding selama setahun penuh di negeri Cristiano Ronaldo.
Ketua DPR RI, Puan Maharani, yang ngelepas langsung kedelapan pemain muda ini di Senayan, Rabu (8/10), nggak bisa nyembunyiin rasa bangganya. “Mereka ini contoh nyata bahwa mimpi besar bisa dicapai siapa pun asal mau berjuang,” katanya sambil senyum hangat.
Suasana pertemuan juga jauh dari kaku. Puan ngajak mereka makan siang bareng dan ngobrol santai soal sepak bola, kerja tim, dan pentingnya punya mental kuat. “Main bola itu bukan cuma soal skill, tapi juga soal bonding dan kerja sama,” ujarnya.
Program KKS ini lahir dari kolaborasi tiga nama gila bola: Bambang “Pacul” Wuryanto, Coach Justin (yup, si komentator blak-blakan itu), dan legenda Portugal Faisal Xavier. Dari ribuan peserta yang diseleksi di Jawa Tengah, cuma delapan yang lolos buat lanjut latihan di Eropa.
Coach Justin cerita, pas awal anak-anak ini sempet dianggap sebelah mata sama pelatih Portugal. “Katanya, mereka levelnya kayak anak umur 11 tahun. Tapi abis tanding, menang 7-2! Langsung pada melongo,” katanya sambil ngakak bangga.

Baru Awal
Bambang Pacul menegaskan, ini baru awal. “Kita mau buktiin kalau kalau anak-anak Indonesia punya kualitas, asal dapat pembinaan yang benar.” Enam dari delapan pemain KKS bahkan udah nyentuh seleksi Timnas U-17.
Puan pun titip pesan ke Menpora Erick Thohir supaya talenta muda ini nggak cuma dijadikan headline sementara. “Udah disekolahin jauh-jauh, jangan sampai baliknya malah nggak dipakai,” tegasnya.
Sebelum berangkat, Puan menyerahkan bendera Merah Putih ke salah satu pemain sebagai simbol kepercayaan. “Jaga nama baik Indonesia di sana. Bikin orang tua dan negeri ini bangga,” katanya.
Mereka adalah Agha, Dio, Indra, Zuhdan, Mufid, Farrel, Wisnu, dan Maulana Fadli, delapan nama yang bawa harapan baru buat sepak bola Indonesia. Dari jalanan kampung ke lapangan Eropa, perjalanan mereka bukti kalau mimpi nggak pernah salah alamat. (*)