Senayan panas, bro! Tapi bukan karena cuaca, melainkan karena Komisi VIII DPR RI lagi ngebut bahas revisi Undang-Undang No. 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah. Bukan revisi ecek-ecek, tapi game changer! Kenapa? Karena salah satu poin utamanya adalah bikin Kementerian Haji dan Umrah, yang bakal ngambil alih semua urusan haji dan umrah dari Kementerian Agama yang udah megang ini selama 70 tahun lebih. Wow, big move!
Ketua Komisi VIII DPR RI, Marwan Dasopang, ngegas pentingnya revisi ini biar aturan kita nyambung sama kebijakan baru Arab Saudi yang makin ketat. “Kalau nggak segera diubah, pemerintah bakal kelabakan sendiri,” katanya dalam Rapat Kerja bareng DPD RI di Gedung Nusantara II, Sabtu (23/8/2025).
DPD RI pun kasih tiga masukan penting; Naikin status Badan Haji jadi kementerian. Kedua, perbaiki pengelolaan di Armuzna (Arofah, Muzdalifah, Mina) plus koordinasi lebih mantap dengan Syarikah. Dan ketiga, terapkan standar kesehatan (istitha’ah) yang lebih ketat.
Dan yes, semua disetujui. Makanya revisi UU ini langsung dikebut. Bahkan, Anggota Komisi VIII, Maman Imanul Haq, udah nyebut Kementerian Haji dan Umrah ini bakal jadi kementerian ke-49 di era Presiden Prabowo. Katanya sih, ini solusi biar pengelolaan haji lebih profesional dan nggak sekadar rutinitas, tapi juga bisa jadi ajang pembentukan karakter bangsa.
Yang menarik, kementerian ini nanti bakal punya struktur sampai tingkat daerah buat edukasi haji. Jadi bukan cuma soal keberangkatan, tapi pembinaan sampai kepulangan juga dipantau ketat. Masih dari Maman, kementerian ini juga bakal kerja bareng Kemenkes buat pastiin calon jemaah beneran sehat sebelum berangkat. Ini jawaban atas sorotan Arab Saudi yang nyinyir karena jemaah Indonesia banyak yang meninggal di sana.
Nggak cuma haji, umrah pun bakal ditata lebih ketat. Travel masih boleh beroperasi, tapi keberangkatan jemaah harus masuk sistem Kementerian Haji dan Umrah. Jadi nggak ada lagi tuh cerita jemaah telantar atau ketipu.
Oh ya, revisi UU ini juga ngejar transparansi. DPR minta laporan penyelenggaraan haji disampaikan maksimal 30 hari setelah musim haji berakhir. Biar evaluasi dan perbaikan bisa langsung tancap gas.
Intinya, ini bukan cuma soal ganti nama kementerian doang. Ini soal revolusi tata kelola ibadah haji dan umrah di Indonesia. Dari layanan, koordinasi internasional, hingga perlindungan jemaah, semuanya bakal naik level. Dan kalau semua lancar, musim haji tahun depan bakal jadi ajang pembuktian: bahwa haji bukan sekadar ibadah, tapi juga pelayanan negara yang keren maksimal.
So, siap-siap sambut era baru: Welcome, Kementerian Haji dan Umrah! Ahlan wa sahlan!
Mau update terus seputar haji dan umrah? Stay tune di BACAAJA.CO, tempat baca paling asyik buat anak muda yang pengen ngerti isu serius tanpa gaya serius!