BACAAJA, KENDAL- Kopi dari Desa Ngareanak, Kecamatan Singorojo, Kendal, kayaknya bakal naik kelas. Kalau biasanya petani ngandelin mata telanjang buat milih biji kopi bagus, sekarang mereka punya asisten baru: kecerdasan buatan alias AI.
Dan yang ngebawa teknologi ini ke tengah kebun kopi bukan perusahaan startup asing, tapi Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang lewat program pengabdian masyarakat.
Lewat hibah PKM Kemdikbudristek, tim dari Fakultas Teknik dan Farmasi Unwahas turun langsung ke Ngareanak. Dipimpin oleh Fandy Indra Pratama, M.Kom, mereka ngajak warga UPPKS Sejahtera dan Karangtaruna buat belajar ngolah kopi dengan cara lebih modern.
Dari mesin pulper cherry kopi, alat pemilah biji kopi berbasis AI, sampai pelatihan fermentasi kopi, semua dibedah tuntas biar kopi desa ini makin punya daya saing.
“Program ini kami harapkan bisa terus berkelanjutan dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” kata Fandy dalam keterangan tertulisnya, Selasa (9/9).
Semakin Dikenal
Pelatihan ini disambut sumringah sama warga. Ibu Wuryati, perwakilan UPPKS Sejahtera, bahkan nggak segan memuji. “Kami sangat terbantu dengan adanya pendampingan dari Unwahas. Dengan adanya teknologi dan pelatihan ini, kami berharap kopi Desa Ngareanak bisa semakin dikenal luas dengan kualitas yang lebih baik,” ujarnya.
Nah, yang bikin menarik, ini bukan cuma soal kopi makin enak atau harga jual naik. Ada misi gede di baliknya, yakni ngedukung konsep green economy sekaligus ngenalin era Society 5.0 ke level akar rumput.
Bahasa gampangnya, teknologi nggak cuma buat anak kota yang suka ngopi di kafe estetik, tapi juga jadi senjata petani desa biar bisa bersaing sampai pasar global.
Kalau program ini terus berlanjut, bisa jadi Ngareanak nggak lagi cuma dikenal di peta Kendal. Kopinya bisa nangkring di rak kafe hipster Jakarta, bahkan mungkin sampai kedai kopi di luar negeri. (bae)