BACAAJA, JAKARTA – Di dunia ini, banyak orang pengin tampil beda. Ada yang gonta-ganti gaya rambut, ada yang koleksi sepatu, ada juga yang rajin update IG biar eksis. Tapi satu orang asal Selandia Baru ini mikirnya beda level: ia memilih nama sebagai ajang pembuktian diri. Bukan sekadar nama panjang, tapi nama super panjang yang kalau dibacain butuh satu gelas es teh dulu biar gak serak.
Namanya Laurence Watkins. Eh salah, itu cuma versi pendeknya. Versi asli? Siap-siap. Nama lengkapnya terdiri dari 2.253 kata. Beneran, bukan typo. Kalau dibacain nonstop, bisa makan waktu 20 menit. Udah kayak nonton opening film Marvel, full cast list, bonus scene di belakang.
Guinness World Records pun tercengang lalu memberi penghargaan resmi pada tahun 1992. Bayangin tim Guinness ngecek satu-satu hurufnya. Mungkin mereka butuh libur panjang setelahnya.
Laurence lahir di Auckland, Selandia Baru, dan sekarang tinggal di Sydney. Di dokumen resmi macam akta lahir dan paspor, namanya memenuhi enam halaman penuh. Kalau print di kertas A4, bisa jadi mini novel berjudul “Aku dan Namaku: Sebuah Perjuangan Identitas”.
Walaupun namanya sepanjang kereta barang, dalam kehidupan sehari-hari ia cukup dipanggil Laurence Alon Aloy Watkin. Simpel. Lebih bersahabat. Lebih mudah ditulis di gelas Starbucks biar baristanya tidak menyerah duluan.
Kenapa namanya bisa sepanjang itu? Ada teori bahwa keluarganya ingin mengabadikan banyak nama tokoh, leluhur, legenda, bahkan mungkin karakter game atau pemain sepak bola favorit. Nama ini seperti museum sejarah dalam format alfabet.
Coba bayangkan kalau lagi ujian atau isi formulir online. Kolom “Nama Lengkap” biasanya cuma satu baris kecil. Buat Laurence harus scrolling sampai jempol pegal. Belum lagi tanda tangan. Mungkin sampai hari ini ia masih latihan supaya speed-run tanda tangannya tembus rekor dunia juga.
Sisi positifnya, kalau ada orang lain nama Laurence Watkins, dijamin tetep nggak bakal ketuker. SEO di Google pun pasti juara. Search namanya, Google sendiri bakal bilang, “Wah serius nih?”
Cerita Laurence bikin kita sadar: nama itu bisa jadi karya seni. Ada yang milih sederhana, ada yang justru bikin sejarah. Dan Laurence memilih jalur ekstrem: namanya sendiri jadi petualangan panjang tak berujung.
Yang jelas, kalau suatu hari kamu berkenalan dengannya… siap-siap bawa camilan. Karena ketika dia memperkenalkan diri lengkap, itu sudah jadi acara gathering kecil. (*)


