HALO polisi, kamu lagi ngapain?
Katanya sih, kamu mau reformasi. Wah, keren dong! Tapi tunggu dulu, ini reformasi beneran atau kayak update aplikasi yang muncul notif-nya doang tapi nggak pernah kelar loading-nya?
Kabar terbaru datang dari SETARA Institute. Mereka bilang, Polri akan dibawa naik kelas lewat empat pilar sakti. Isinya udah kayak skripsi full bab 1 sampai bab 5: mulai dari demokratis-humanis, antikorupsi, proaktif-modern, sampai yang katanya ramah gender dan responsif. Wuih, lengkap!
Tapi, boleh dong kita nanya… Selama ini ke mana aja, pak?
Maksudnya gini:
Katanya pengen jadi lebih humanis dan menjunjung tinggi HAM. Tapi kok, kalau masyarakat aksi protes dikit aja, udah ketemu gas air mata, pentungan, dan push-up dadakan di aspal. Ini humanis model baru ya?
Terus soal antikorupsi. Kami sebagai warga biasa tentu sangat mendukung. Tapi jujur, trauma lihat meme “tilang damai” tuh belum hilang dari ingatan.
Ya, kami tahu nggak semua polisi kayak gitu, tapi masa transformasi butuh slogan doang? Biar kayak promosi skincare: “Sudah saatnya #PolriBebasMinyak” (alias bebas KKN).
Lanjut ke pilar modern dan proaktif. Wah ini seru! Polri katanya mau melek digital. Tapi kalau netizen upload video pelanggaran, yang ditelusuri malah akun medsos-nya, bukan pelakunya. Kalau gini sih, bukan modern tapi malah “kecepatan salah sasaran”.
Sementara dari istana, Presiden Prabowo udah kasih sinyal kuat buat reformasi. Bahkan Lemkapi (Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia) juga bilang siap dukung. Mereka bilang kinerja Polri udah oke. Ya boleh lah, ada kemajuan, walau kadang masih kayak sinyal WiFi — kadang cepat, kadang ngilang pas dibutuhkan.
Dari sisi Kompolnas, mereka ngasih reminder penting: Digitalisasi, HAM, dan Pengawasan. Intinya, jangan asal digital tapi lupa kalau rakyat juga punya hak. Jangan asal punya Propam tapi Propam-nya malah sibuk update IG story, bukan ngawasin perilaku teman-temannya.
Oh iya, soal inklusif dan ramah gender… kami sih dukung 100%. Tapi kalau masih ada anggota yang bercanda seksis atau menyepelekan korban kekerasan, ya percuma dong. Jangan sampai jadi kayak cafe yang tulisannya “cozy” tapi pas masuk, wifi lemot dan AC rusak. Branding-nya kece, isinya meh.
Jadi, reformasi ini ibarat beli HP baru: fiturnya banyak, kameranya cakep, tapi kalau nggak ada sinyal, ya buat apa?
Polri kita butuh lebih dari sekadar janji dan roadmap. Butuh perubahan nyata, yang bisa dirasain sama orang biasa, bukan cuma buat presentasi di gedung dingin.
Transformasi Polri harusnya bukan sekadar bahan TikTok atau headline di berita pagi. Tapi harus jadi realita: Polisi yang beneran jaga, bukan cuma jaga image. Polisi yang hadir untuk lindungi, bukan cuma untuk selfie bareng motor dinas.
Kami siap dukung kok. Asal beneran jalan, bukan cuma wacana yang lewat kayak mobil patroli di malam minggu.(*)