MEMASUKI pekan terakhir bulan Muharram 1447 Hijriah, umat Islam masih memiliki banyak kesempatan untuk memperbanyak ibadah dan amalan mulia. Meskipun 10 Muharram—yang dikenal sebagai hari Asyura—telah berlalu, keutamaan bulan ini tidak serta-merta berakhir bersamanya.
Sebagai salah satu dari empat bulan haram dalam kalender Islam, Muharram punya kedudukan istimewa. Bersanding dengan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab, bulan ini diyakini sebagai waktu yang penuh rahmat dan keberkahan. Ibadah yang dilakukan di dalamnya mendapat ganjaran berlipat ganda.
Karena itu, tidak ada alasan untuk menunda atau berhenti beramal meski Asyura sudah lewat. Justru di hari-hari sisa bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk terus memperbanyak ibadah—baik yang wajib maupun yang sunnah.
Menurut para ulama, selama bulan Muharram, berbagai bentuk amal saleh sangat dianjurkan. Apa pun bentuknya, selama sesuai dengan tuntunan syariat, amalan tersebut bernilai tinggi di sisi Allah. Tak sedikit ulama terdahulu yang menyusun nadzam untuk memudahkan umat dalam mengingat jenis-jenis amalan tersebut.
Salah satu karya yang sering dirujuk adalah nadzam karya Syekh Abdul Hamid. Dalam karyanya, disebutkan bahwa ada 12 amalan yang bisa dikerjakan khususnya pada hari-hari Asyura dan hari-hari setelahnya di bulan Muharram.
Nadzam tersebut berbunyi:
فِى يوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ * بِهَا اثْنَتَانِ وَلهَاَ فَضْلٌ نُقِلْ صُمْ صَلِّ صَلْ زُرْ عَالمِاً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ وَسِّعْ عَلَى اْلعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرَا * وَسُوْرَةَ الْاِخْلاَصِ قُلْ اَلْفَ تَصِلْ
Artinya, “Terdapat sepuluh amalan di hari Asyura, ditambah dua yang melengkapinya. Berpuasalah, sholatlah, sambunglah silaturahmi, ziarahlah kepada ulama, jenguklah orang sakit, pakailah celak, usaplah kepala anak yatim, bersedekahlah, mandilah, lapangkan nafkah keluargamu, potong kukumu, dan bacalah surat al-Ikhlas sebanyak seribu kali.”
Dari penjelasan tersebut, amalan-amalan ini tetap relevan untuk dikerjakan hingga akhir bulan Muharram. Berikut daftar amalan yang dianjurkan:
Menegakkan sholat, termasuk memperbanyak sholat sunnah seperti Tahajud, Dhuha, dan Rawatib.
Menjalankan puasa sunnah, meski bukan puasa Tasu’a dan Asyura.
Mempererat silaturahim dengan keluarga dan kerabat.
Memberikan sedekah kepada yang membutuhkan.
Mandi sunnah sebagai bentuk penyucian lahir dan batin.
Memakai celak sebagai sunnah Rasulullah SAW.
Berziarah ke makam para ulama atau berkunjung kepada mereka yang masih hidup.
Menjenguk saudara yang sedang sakit.
Memberikan nafkah lebih untuk keluarga.
Memotong kuku sebagai bagian dari kebersihan diri.
Membaca surat al-Ikhlas hingga seribu kali sebagai dzikir dan penguatan tauhid.
Salah satu amalan utama yang bisa terus diamalkan adalah sholat sunnah. Di antaranya adalah Tahajud, yang dianjurkan untuk dikerjakan pada sepertiga malam terakhir. Berikut bacaan niat sholat Tahajud:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku niat sholat sunnah tahajud dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
Minggu terakhir Muharram adalah kesempatan terakhir dalam bulan ini untuk meningkatkan ketakwaan dan menutup awal tahun Hijriah dengan amal terbaik. Jangan sampai terlewatkan. Wallahu a’lam. (*)