BACAAJA, SEMARANG- Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti sampai angkat topi buat capaian luar biasa itu. Ia bilang, hasil penggalangan dana ini bukti nyata kalau warga Semarang punya semangat gotong royong yang masih kuat banget.
“Ini luar biasa. Dalam waktu tiga bulan saja bisa terkumpul Rp3,2 miliar. Terima kasih untuk warga Semarang yang sudah peduli,” ucap Agustina saat menutup Bulan Dana Kemanusiaan PMI di Wisma Perdamaian Semarang, Sabtu (18/10).
Tahun ini, kegiatan bertema “Humanity for Healthier Lifestyle” itu bukan cuma soal donasi, tapi juga jadi ajang edukasi gaya hidup sehat dan kepedulian sosial. Agustina yang juga menjabat sebagai Ketua Bulan Dana Kemanusiaan 2025 menegaskan, dana yang dihimpun dari warga nantinya akan kembali ke warga juga dalam bentuk layanan sosial dan kemanusiaan. “Berdonasi itu bukan soal menunjukkan kita mampu, tapi karena kita peduli,” tegasnya.
Melampaui Target
Ketua PMI Kota Semarang Awal Prasetyo turut mengapresiasi dukungan dan kepemimpinan Agustina selama program berlangsung. “Kami berterima kasih atas kepemimpinan beliau yang berhasil menggerakkan semangat gotong royong masyarakat Semarang untuk isu-isu kemanusiaan,” katanya.
Awal juga menambahkan, meski tidak memasang target resmi, pencapaian Rp3,2 miliar ini sudah melampaui rencana anggaran biaya (RAB) yang diperkirakan hanya Rp3 miliar. “Kerelaan itu nggak bisa diukur, jadi kami nggak pasang target. Tapi ternyata hasilnya malah melebihi ekspektasi,” ujarnya.
Di acara yang sama, PMI Kota Semarang juga memberikan penghargaan buat 150 pendonor darah sukarela yang sudah menyumbangkan darahnya hingga 25 kali. Rinciannya, 56 orang bergolongan darah B, 51 orang O, 30 orang A, dan sisanya AB. Selain itu, ada juga apresiasi khusus buat 100 donor muda berusia 17 tahun yang baru pertama kali ikut donor darah.
Dari angka Rp3,2 miliar itu, satu hal jelas. Warga Semarang nggak cuma peduli lewat kata-kata, tapi juga lewat aksi nyata. Kalau semua kota punya semangat kayak gini, bisa jadi negeri ini makin “sehat” bukan cuma secara fisik, tapi juga nuraninya. (tebe)