BACAAJA, GORONTALO – Nama Wahyudin Moridu tengah jadi perbincangan hangat setelah videonya viral di media sosial. Dalam video itu, anggota DPRD Provinsi Gorontalo tersebut kedapatan mengucapkan kalimat kontroversial: ingin “merampok uang negara.”
Ucapan itu langsung memicu gelombang reaksi publik. Banyak yang mempertanyakan sikap seorang wakil rakyat yang seharusnya menjaga marwah lembaga legislatif.
Wahyudin bukan sosok asing di dunia politik Gorontalo. Ia adalah putra dari mantan Bupati Boalemo, Darwis Moridu, sekaligus adik dari anggota DPRD Boalemo, Rensi Makuta.
Saat lolos Pileg 2024, Wahyudin baru berusia 29 tahun. Usianya yang terbilang muda sempat membuatnya digadang sebagai wajah baru politik Gorontalo dengan semangat generasi milenial.
Sebelum duduk di DPRD Provinsi, ia pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Boalemo periode 2019–2024. Artinya, dunia politik bukan hal baru baginya.
Kekayaan yang Fluktuatif
Catatan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) menunjukkan kondisi finansial Wahyudin sempat naik turun. Pada 2018, ia melaporkan harta senilai Rp635 juta.
Namun, data tahun 2022 memperlihatkan kondisi berbanding terbalik. Saat itu, ia justru melaporkan harta minus Rp415 juta. Bahkan pada 2024, kekayaannya tercatat minus Rp2 juta.
Meski begitu, ia tetap berhasil melenggang ke kursi DPRD Provinsi Gorontalo pada Pemilu terakhir.
PDIP Ambil Sikap Tegas
Sebagai kader PDIP, manuver kontroversial Wahyudin tentu berdampak besar. DPP PDI Perjuangan langsung mengumumkan pemecatan terhadapnya.
Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun, menegaskan langkah tersebut diambil demi menjaga nama baik partai.
“Hari ini DPP mengeluarkan surat pemecatan, dan dalam waktu dekat akan segera dilakukan pergantian antar waktu,” ujarnya, Sabtu (20/9/2025).
Ia juga mengingatkan seluruh kader partai di seluruh Indonesia agar tetap menjaga etika dan disiplin, tanpa terkecuali.
Permintaan Maaf Wahyudin
Menyadari hebohnya reaksi publik, Wahyudin kemudian menyampaikan permintaan maaf lewat akun Instagram pribadinya.
“Dengan ini atas nama pribadi dan keluarga saya memohon maaf atas video yang viral beberapa waktu lalu. Semua ini murni kesalahan saya,” tulisnya.
Ia menegaskan tidak ada niat untuk melecehkan atau menyinggung masyarakat Gorontalo. Menurutnya, perkataan itu hanya bentuk kealpaan pribadi.
Siap Terima Konsekuensi
Lebih lanjut, Wahyudin menyatakan kesiapannya menerima sanksi apapun. Baik dari partai maupun dari publik.
“Apapun konsekuensi dari kejadian ini saya siap menerimanya dengan lapang dada,” tulisnya.
Wahyudin juga menyebut dirinya dan keluarga siap menanggung dampak dari ucapannya yang terlanjur viral tersebut.
Meski begitu, kasus ini menjadi pengingat penting bahwa seorang pejabat publik harus berhati-hati dalam berucap. Sekali salah langkah, kepercayaan publik bisa runtuh seketika.
Bagi Wahyudin, perjalanan politiknya yang semula digadang-gadang sebagai representasi generasi muda, kini justru diwarnai kontroversi besar.
Masyarakat kini menanti, apakah pernyataannya hanya akan menjadi catatan hitam singkat atau benar-benar mengakhiri karier politiknya. (*)