BACAAJA, SEMARANG – Sudah lebih dari setengah tahun, ribuan buruh eks PT Sri Rejeki Isman alias Sritex hidup tanpa kepastian.
Nasibnya ibarat roller coaster, naik turun bikin sport jantung, tapi gak jelas ke mana arahnya. Pesangon nihil, kerjaan baru juga belum jelas.
Sebagian buruh, sekitar 500 orang melakukan aksi di depan kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (23/9/2025). Mereka menagih iming-iming manis yang dulu sempat dijanjikan pemerintah.
“Pemerintah dulu janji bakal pekerjakan lagi. Nyatanya? Omon-omon belaka,” kata Asnawi, pendamping massa aksi.
Uang iuran buruh yang sudah dipotong perusahaan juga raib. Nilainya ratusan juta. Buruh sudah di-PHK, duitnya pun ikut menguap.
Kurator yang dapat mandat mengurus aset pailit dinilai jalan di tempat. Lelang aset molor, kerja profesional juga entah di mana.
“Kurator ini kayak nggak peka dengan nasib ribuan korban PHK,” lanjut Asnawi.
Karena itu, buruh mendesak Gubernur Jateng ikut turun tangan. Bukan cuma kasih statement manis di depan kamera, tapi benar-benar menyelesaikan persoalan.
“Dana iuran buruh harus dikembalikan. Kurator jangan main-main dengan kepercayaan,” tegas Asnawi.
Buruh juga kasih ultimatum. Kalau tuntutan nggak digubris, siap-siap ada gelombang massa lebih besar. Mogok serempak di seluruh Jawa Tengah pun bisa jadi pilihan.
Selain urusan pesangon, masalah upah juga jadi sorotan. Buruh minta kenaikan 9 persen. Hitungannya, biar daya beli naik dan ekonomi nggak lesu-lesu amat.
“Putusan MK jelas mendukung upah proporsional. Jadi jangan pura-pura nggak dengar,” kata Asnawi.
Mereka juga dorong survei kebutuhan hidup layak segera dilakukan. Plus, perluasan UMSK di semua daerah industri tekstil dan sandang.
Tak ketinggalan, buruh mendesak kebijakan fiskal dievaluasi. Pajak pesangon harus ditinjau, PTKP dinaikkan. Tujuannya biar gaji nggak habis cuma buat bayar tagihan. (bae)